BAHAN BAKAR FOSIL
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konversi Energi
Oleh ∶
M JOMKA EKA S 1203794
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Energi fosil terbuat dari elemen kimia karbon dan
hydrogen. Energi fosil terbentuk dari jutaan tahun yang lalu, berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Mereka terkubur di bawah pasir dan lumpur dimana hal
ini dapat mencegah kebusukan. Semakin lama, akibat tekanan dan panas juga
sehingga membentuk mereka menjadi batu bara, minyak, dan gas alam.
Energi fosil biasanya paling sering di temukan di
lapisan bawah tanah yang saying dalam. Untuk mendapatkan batu bara digunakan
tambang batu gara dengan cara menggali tanah. Alat pengeboran digunakan untuk
mendapatkan minyak atau gas alam.
Sumber daya alam seperti minyak, batubara dan gas
dapat berubah bentuk menjadi kerak bumi dalam beberapa dekade. Sumber-sumber
energi ini, merupakan sumber energi yang tak dapat terbarukan, ataupun dapat
tumbuh kembali dalam waktu yang singkat.
Batubara
Batubara adalah bahan bakar
fosil. Batubara dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang
terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari
tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh
kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk
lapisan batubara.
Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat
fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS
untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.
Umur batubara
Pembentukan batubara memerlukan
kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang
sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu,
adalah masa pembentukan batubara yang paling produktif dimana hampir seluruh
deposit batubara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara
terbentuk.
Pada Zaman Permian, kira-kira 270
jtl, juga terbentuk endapan-endapan batubara yang ekonomis di belahan bumi
bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman
Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain.
Materi
pembentuk batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara
berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya
menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
·
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga
Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda
ini.
·
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon
Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
·
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon
Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di
iklim hangat.
·
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman
Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam
buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara
Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
·
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini.
Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu
bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang
dapat terawetkan.
Kelas
dan jenis batubara
Berdasarkan tingkat proses
pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya
dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
·
Antrasit adalah kelas batubara
tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung
antara 86% - 98% unsur karbon (C)
dengan kadar air kurang dari 8%.
·
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
·
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.
·
Lignit atau batubara coklat adalah batubara
yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
·
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di
atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Terjadinya Batubara
Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :
Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk
sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa,
sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung
tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk
sedimen organik.
Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang
berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut
terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya
terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak
menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor
(kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari
dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Tahap
penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa
dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5
- -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C
dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh
bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit
Susilawati 1992).
Tahap pembatubaraan
(coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang
terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur,
tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit
Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan
prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit
Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
kematangan material organiknya mulai dari lignit, subbituminus, bituminus, semi
antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
Ada tiga faktor yang
mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu dan tekanan.
Mutu endapan batubara juga
ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut
sebagai 'maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai sejak periode
pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batubara
pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang
lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat
(C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau
disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan
jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh
suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batubara muda
akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan
mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih
keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau
antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Dalam proses
pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi
dari setiap unsur utama pembentuk batubara.
Berikut ini ditunjukkan
tahapan pembatubaraan.
Disamping itu semakin
tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen
dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat
diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, maka batubara dengan tingkat
pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah seperti lignite dan
sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar
karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi
mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan
semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan
kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin
besar.
Kualitas Batubara
Batubara yang diperoleh
dari hasil penambangan mengandung bahan pengotor (impurities). Hal ini bisa
terjadi ketika proses coalification ataupun pada proses penambangan yang dalam
hal ini menggunakan alat-alat berat yang selalu bergelimang dengan tanah. Ada
dua jenis pengotor yaitu:
a. Inherent impurities
a. Inherent impurities
Merupakan pengotor
bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang sudah dibakar memberikan
sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama pada proses pembentukan
batubara. Pengotor tersebut dapat berupa gybsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4),
pirit (FeS2), silica (SiO2). Pengotor ini tidak mungkin dihilangkan sama
sekali, tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan.
b. Eksternal impurities
b. Eksternal impurities
Merupakan pengotor yang
berasal dari uar, timbul pada saat proses penambangan antara lain terbawanya
tanah yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu batubara mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat. Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu batubara mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat. Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Banyaknya jumlah kalori
yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan dalam kkal/kg.
semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai bahan
bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara perlu diperhatikan. Hal
ini perlu diperhatikan agar panas yang ditimbulkan tidak melebihi panas yang
diperlukan dalam proses industri.
b. Moisture Content (kandungan lengas).
b. Moisture Content (kandungan lengas).
Lengas batubara
ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara. Kandungan
air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air senyawa/unsur), yaitu air
yang terikat secara kimiawi.
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang menempel pada permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan menambah jumlah air internal.
c. Ash content (kandungan abu)
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang menempel pada permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan menambah jumlah air internal.
c. Ash content (kandungan abu)
Komposisi batubara
bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik dan senyawa anorgani, yang
merupakan hasil rombakan batuan yang ada di sekitarnya, bercampur selama proses
transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran
batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari
bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi
oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2,
Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur
lain.
d. Sulfur Content (Kandungan Sulfur)
d. Sulfur Content (Kandungan Sulfur)
Belerang yang terdapat
dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk senyawa organik dan
anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam bentuk pirit
(FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan makasit
sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang
organik terbentuk selama terjadinya proses coalification. Adanya kandungan
sulfur, baik dalam bentuk organik maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh
keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat
merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.
Pemanfaatan Batubara
Batubara merupakan sumber energi
dari bahan alam yang tidak akan membusuk, tidak mudah terurai berbentuk padat.
Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke bentuk lain perlu dilakukan.
Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah) biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher); filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).
Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah) biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher); filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).
Ada beberapa faktor yang menadi alasan batubara digunakan sebagai sumber energi alternatif, yaitu:
1. Cadangan batubara sangat banyak
dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan
batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di
lebih dari 70 negara.
2. Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.
8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
2. Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.
8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Gasifikasi batubara
Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batubara
padat menjadi gas batubara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah
proses pemurnian gas-gas ini karbonmonoksida (CO), karbonioksida (CO2), hidrogen(H), metan (CH4), dan nitrogen (N2) – dapat digunakan
sebagai bahan bakar hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting-gas
kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata
mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batubara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat
di dalamnya adalah sulfur dan nitrogen, bila batubara ini terbakar
kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila mengapung di udara zat kimia
ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut) dan tetesan yang
jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai
"hujan asam" “acid rain”. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran
yang umum tercampur dengan batubara, partikel kecil ini tidak terbakar dan
membuat debu yang tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil ini
juga tertangkap di putaran combustion gases bersama dengan uap air, dari asap
yang keluar dari cerobong beberapa partikel kecil ini adalah sangat kecil setara
dengan rambut manusia.
Bagaimana membuat batubara bersih
Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat kimia
kekuningan yang ada sedikit di batubara, pada beberapa batubara yang ditemukan
di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri
dari 3 sampai 10 % dari berat batubara, beberapa batubara yang ditemukan
di Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya
sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batubara. Penting bahwa
sebagian besar sulfur ini dibuang sbelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batubara adalah dengan cara
mudah memecah batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa
sulfur yang ada sebagai bintik kecil di batubara disebut sebagai "pyritic
sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite,
selain itu dikenal sebagai "fool's gold” dapat dipisahkan dari batubara.
Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batubara dimasukkan ke dalam
tangki besar yang terisi air , batubara mengambang ke permukaan ketika kotoran
sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation
plants" yang membersihkan batubara dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini,
bagaimanapun sulfur pada batubara adalah secara kimia benar-benar terikat
dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut "organic sulfur,"
dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk
mencampur batubara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari
molekul batubara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal,
ilmuan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua
fasilitas yang dibangun setelah 1978 — telah diwajibkan untuk mempunyai alat
khusus yang dipasang untuk membuang sulfur dari gas hasil pembakaran batubara
sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat ini sebenarnya adalah
"flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya
"scrubbers" — karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari
asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakar batubara.
Membuang NOx dari batubara
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara
yang dihirup, pada kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal
atom-atom nitrogen mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia,
tetapi ketika udara dipanaskan seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C),
atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan oksigen, bentuk ini sebagai
nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx juga dapat
dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak di dalam batubara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut
coklat yang kabur yang kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai
polusi yang membentuk “acid rain” (hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya
sesuatu yang disebut “ground level ozone”, tipe lain dari pada polusi yang
dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah
menghindari dari bentukan asalnya, beberapa cara telah ditemukan untuk membakar
batubara di pemabakar dimana ada lebih banyak bahan bakar dari pada udara di
ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi ini kebanyakan oksigen
terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen. Campuran
pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat
proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar.
Konsep ini disebut "staged combustion" karena batubara dibakar secara
bertahap. Kadang disebut juga sebagai "low-NOx burners" dan telah
dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan Nox yang terlepas di uadara
lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti
"scubbers" yang membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batubara.
Beberapa dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang
mengurai bagian NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih
mahal dari "low-NOx burners," namun dapat menekan lebih dari 90%
polusi Nox.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar